Thursday, November 3, 2016

Strategi Sosial Media Marketing: Pemasaran Online Menggunakan Media Sosial

pANDUAN SOSIAL MEDIA MARKETING

Produk apa yang ada di dunia nyata, tapi tidak ada di dunia ghoib,eh sosial media?

Jawabannya, nyaris tidak ada!

Itulah bukti kalau banyak pelaku usaha yang melirik sosial media sebagai sarana memasarkan produknya.

Seolah-olah sudah jadi trend.

Zaman yang kata orang kekinian ini, kita pasti sering menyaksikan percakapan seperti berikut ini.

Gigies : “Jaket yang diposting Sinta di Instagram bagus ya Luk!”
Luki : “Oh ya? Masak sih! Coba sini aku lihat!”
Gigies : “Bagus kan?”
Luki : “Iya ya bagus, aku jadi pingin!”
Gigies : “Itu kan tas cewek Luk!” (Sambil melirik aneh)
Luki : “Kan buat kamu!” (Eaa....)


Intinya, sosial media sering dijadikan sumber referensi untuk menentukan produk yang ingin dibeli. Tak sedikit orang yang kepincut dengan suatu produk hanya karena postingan foto di akun sosial medianya. Tapi, juga ada yang membenci karena rekomendasi nigatif dari kicauan di akun twitter seseorang. Seperti pisau bermata dua.

Coba lihat statistiknya....

Erik Qualman (Penulis Sosialnomics) menyatakan bahwa sebanyak 57% pengguna twitter merekomendasikan produk yang dipakai mereka melalui tweet-tweetnya. 93% Konsumen mengaku keputusannya berbelanja online dipengaruhi oleh komentar-komentar di sosial media.

Sungguh luar biasa yang namanya trend sosial media marketing. Seolah-olah memaksa pelaku bisnis untuk mengikuti trend itu atau bisnisnya akan mati.

Sekarang akan saya rangkumkan tiga alasan menurut Alex Christ (Digital marketing dari Reliablesoft.net) kenapa harus menggunakan sosial media?

#1 Cara tercepat
Dengan sosial media, sebuah isu atau promosi atau pesan yang menghebohkan bisa dapat dengan cepat menyebar luas ke seantero dunia melalui sosial media.

#2 Segmentasi Terlengkap
Dengan 2 miliar pengguna yang tersebar di seantero dunia, media sosial seolah membentuk negara sendiri tanpa presiden, tanpa kedaulatan, tanpa batas negara, tapi tak ubahnya seperti negara terbesar dengan populasi terbesar. Sudah pasti ada beragam macam orang di dalamnya dan tentu dengan aneka kebutuhan yang berbeda-beda.

#3 Tren Terkini
Media konvensional, TV, Radio (meski masih digunakan) sudah menjadi masa lalu. Trend promosi masa kini adalah menggunakan media sosial. Entah itu blog, facebook, twitter, instagram, atau yang lainnya.

data sosial media Indonesia
Fakta lainnya, pada data bulan september 2016 yang diterbitkan Wearesocial ada 34% dari total populasi di Indonesia aktif di media sosial.

Wow... pasar yang menjanjikan bukan?

Dengan fakta-fakta di atas, masihkah kamu tidak ingin menghidupkan bisnismu melalui sosial media?

Tapi....

Hampir semua pelaku bisnis, terutama yang baru dan mencoba terjun di dunia sosial media marketing mengalami kegagalan.

Baru beberapa bulan saja,tidak kunjung laku, bosan, putus asa, lalu bunuh diri karena modal nikah nggak kunjung ngumpul.

 Tragis....

Seperti yang saya sebutkan di atas, kalau media sosial seperti pisau bermata dua. Bisa untuk mengupas bawang merah tapi juga bisa melukai tangan.

Kalau kita tahu cara menggunakannya (dengan cara yang tepat) produk kita akan laris manis.

Sayangnya, kebanyakan pelaku bisnis yang baru terjun di dunia sosial media marketing banyak yang terjebak di jalur yang salah.


  1. Membuat akun, melengkapi profil semeyakinkan mungkin
  2. Memposting foto semenarik dan sebanyak mungkin disertai caption promosi
  3. Melakukan share sebanyak mungkin di timeline, grub-grub jual beli, di fanpage yang ujung-ujungnya malah dianggap spam.
  4. Bukannya malah banyak pembeli malah jadi dikick dari grub


Padahal, dunia sosial media marketing tidak sesederhana itu.

Lalu, bagaimana cara yang tepat?

Saya akan memberikan beberapa tips yang bisa membantu kamu agar berhasil dalam melakukan sosial media marketing. Biar bisa cepat dapat modal buat ngelamar anak orang.


1.Tentukan produk apa yang akan dijual

Kalau kamu sudah punya produk dan sudah mantap dengan produkmu, lompati saja bagian pertama ini.

Tapi kalau ingin punya bahan pertimbangan, nggak salah kalau mau dibaca.

Sekarang, coba dengar keluhan pacar saya ini!

Mencari kerja susah, melamar kesana kemari tapi belum juga ada panggilan. Lalu, melirik peluang saat melihat teman sukses berjualan online melalui media sosial. Apalagi banyak perusahaan-perusahaan yang menjadi besar karena berbisnis melalui media sosial.

Tapi saat sedang semangat, bingung mau jualan apa?

Pacar kamu juga pernah kan kayak gitu? Eh, sebentar, kamu masih jomblo? Sori.... sori....

Atau mungkin, kamu sendiri pernah mengalami yang seperti itu.

Apa? Jomblonya? Bukan..... kegalauan nentuin produknya!

Kegalauan yang bikin kamu ujung-ujungnya nggak kunjung jualan juga.

Sekarang, kita akan belajar menentukan produk yang pas.

Yang harus kamu tahu dulu,

Pertama, produk itu bukan hanya berupa barang, benda, atau apapun yang berwujud. Karena masih ada jasa. Tapi yang jelas, produk itu nyata bukan fiktif.

Kedua, kalau ada yang menyarankan ikuti passionmu, JANGAN PERCAYA 100%.

Lhoh, kenapa? Bukannya pekerjaan yang menyenangkan itu adalah hobi yang dibayar?

Yap, saya setuju. Tapi menentukan produk yang berdasarkan passion itu tidak 100% benar, tapi juga tidak salah.

Mengapa?

Pertama, kamu dalam posisi bingung mencari passion kamu yang akhirnya waktumu terbuang sia-sia untuk sekadar mencari jati diri siapa kamu sebenarnya, Spiderman atau Superman?

Atau justru kamu sudah merasa yakin dengan passionmu, tapi ternyata di tengah jalan kamu ngepeer, alias menyadari kalau salah passion. Ujung-ujungnya jadi mundur, malas, dan meninggalkan.

Solusinya?
Ada dua tahapan yang saya sarankan untuk mengatasi dua masalah di atas.

Tahap pertama, adalah tentang menentukan passionmu.

Kita mulai dengan menentukan hal-hal apa saja yang mendekati passionmu.

Sekarang, coba ingat-ingat apa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini.


  • Apa yang selama ini melengkapi kehidupanmu sendiri? 
  • Hal apa yang kamu yakini dengan bulat, walau ditentang oleh hampir setiap orang?
  • Selama ini, kemampuan apa yang paling menonjol dari dirimu?
  • Apa hal yang kamu sukai sewaktu kecil dulu?
  • Kegiatan apa yang paling membuat kamu penasaran untuk mencobanya?
  • Prestasi apa yang pernah kamu capai dan membuatmu merasa bangga dan ingin mengulanginya lagi?
  • Kegiatan apa yang jika kamu kerjakan membutmu seolah waktu menjadi cepat berlalu?
  • Hal apa yang selalu atau sering teman kamu memintamu untuk melakukannya karena dianggap hanya kamu yang bisa melakukannya?


Setelah itu, tuliskan minimal sepuluh hal apa saja yang kamu temukan dari menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tipsnya, jangan jadi idealis. Maksud saya, jangan karena merasa suka atau nyaman dengan sesuatu saat ini kamu menganggap dari dulu sampai sekarang dan dari semua pertanyaan hanya ada satu jawaban, Laudya Cintya Bella. Buka hati dan pikiran secara lebih luas.

Contoh hal-hal yang menjadi jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas:
a. Menulis Artikel
b. Berkebun
c. Desain Grafis
d. Memasak
e. Fotografi
f. Membuat Animasi
g. Berternak
h. Traveling
i. Gadget
j. Hewan Peliharaan


Lalu, coba kamu cari buku seputar sepuluh hal yang sudah kamu tuliskan. Cari buku yang tebalnya bisa sampai sekitar 200 halaman. Karena buku itu prespektif paling jujur yang menentukan jati diri. Sekutu buku apapun, jika tidak selera dengan salah satu jenis buku, belum tentu buku itu akan ditamatkan dengan sungguh-sungguh dan dalam waktu yang singkat.

Lalu, mengapa harus minimal 200 lembar yang artinya tebal dan bikin mata sepet. Ini untuk meyakinkan kamu benar-benar memiliki ketertarikan yang lebih pada sesuatu atau ternyata hanya manis di bibir saja. Sebab, membaca buku yang tebal itu tidaklah mudah apalagi yang tidk kita sukai. Tapi, kalau menyukai satu topik kita sering menghabiskan berjam-jam untuk membaca buku tanpa putus sampai lupa makan dan balas sms pacar sekalipun.

Soal bukunya, kamu bisa membeli, tapi jika tidak ingin keluar modal kamu bisa mencarinya di perpustakaan umum kota Anda atau membacanya secara gratis di toko bangunan terdekat, eh toko buku maksudnya.

Kemudian, baca buku tersebut. Buku yang kamu bisa baca selama berjam-jam tanpa berhenti dan rasa bosan. Itulah yang paling mendekati sebagai passionmu.

Tahapan kedua, yang kamu hrus tahu adalah passion itu bukan hanya sekadar hal apa yang kamu sukai. Tapi hal apa yang membuatmu konsisten untuk menyukainya.

Konsisten dalam hal ini bukan hanya tentang kesetiaan untuk tetap suka saja. Tapi juga terkait ketekunan untuk lebih mengenal dan lebih mempelajari hal yang berkaitan dengan passionmu secara lebih mendalam.

Gimana sih maksudnya?

Ibaratnya, kamu sedang jatuh cinta, kamu pasti akan mencari informasi selengkap-lengkapnya tentang orang itu bukan?
Sekarang gimana? Sudah mulai ada gambaran apa passionmu dan produk apa yang ingin kamu jual?

Kedua, Passion yang kamu sukai, cintai, dan sayangi itu belum tentu orang lain mau menerimanya. Yang artinya, belum tentu passion kamu cocok untuk diperjual belikan.

Artinya, passion kamu tidak sesuai dengan selera pasar. Tidak sesuai selera konsumen, yang ujung-ujungnya sedikit pembeli atau bahkan tidak laku sama sekali.

Jadi, jangan dewakan passionmu. Tapi, kombinasikan passionmu dengan selera pasar.

Jangan abaikan apa yang pengguna media sosial sukai dan tidak mereka sukai!

Jadi, untuk memastikannya coba cari jawaban dari kebiasaan-kebiasaan para pengguna media sosial dari status, komentar, apa yang mereka sukai, dan apa yang mereka share dari pertanyaan-pertanyaan berikut!

  • Apa yang mereka obrolkan?
  • Apa yang sedang hot dikalangan mereka?
  • Apa yang mereka benci?
  • Apa yang mereka butuhkan?
  • Siapa saja mereka? Golongan usia mana?
  • Di wilayah mana mereka tinggal?


Dari kombinasi antara passion dan selera konsumen di media sosial sudah cukup bagus, tapi akan lebih lengkap jika kamu bisa mengumpulkan data pesaing juga.

Kenapa mengumpulkan informasi pesaing itu penting?

Kenapa harus mengurusi orang lain? Kan ini untuk produk kita?

Jika kamu berpikir demikian, kamu salah besar.

Memiliki informasi siapa saja pesaing dalam bisnismu dan bagaimana produk mereka akan menentukan produk milikmu bisa diterima oleh calon konsumen atau tidak.

Sekaligus menentukan tingkat penjualamu.

Semakin banyaknya pesaing, akan semakin sulit agar produkmu diterima pasar karena produk usahamu termasuk baru.

Tapi, dengan melakukan data pada pesaing beserta produknya. Kamu bisa memberikan inovasi pada produkmu sehingga memiliki kelebihan dibandingkan produk pesaing lainnya.

Kamu tentu ingat kalau produk mie instan dulu tidak banyak macamnya. Paling dikenal adalah Indomie dan Sarimie.

Lalu muncul Mie Sedap sebagai pendatang baru dalam dunia mie instan.

Produk itu tidak hanya sekonyong-konyong keluar dengan wujud yang sama dengan produk saingannya.

Mie Sedap muncul dengan inovasi rasa kriuk pada bawang gorengnya. Inovasi yang sederhana, tapi bisa diterima pasar.

Lalu, jika di Malang sudah terdapat banyak penjual mie pangsit atau mie ayam. Mie Setan muncul dengan inovasi rasa pedasnya.

Bukan hanya bisa diterima pasar. Produk Mie Setan justru sangat digemari. Bahkan untuk membelinya sering harus mengantri panjang.

Itulah kelebihannya jika kamu memiliki data pesaing. Kamu bisa memberikan inovasi pada produk yang sama. Seperti membuat desain kemasan produk yang lebih menarik.

Kesimpulannya, Data informasi pesaing memberikan kamu kekuatan untuk bersaing.

Yah, tak jauh seperti saat berperang bukan? Kita butuh informasi seputar musuh untuk mengalahkan mereka.

Sekarang, masalah produk sudah beres!


2.Tentukan Target Pasar

Target pasar itu apa?

Mereka yang jadi calon konsumenmu.

Sebenarnya, bukan hanya dalam pemasaran di media sosial saja hal ini dianggap penting. Tapi dalam pemasaran di dunia nyatapun juga wajib diberlakukan. Sampai-sampai, ada bidang ilmu khusus yang mempelajari tentang segmentasi dan target pasar.

Istilahnya, kepada siapa kamu akan berjualan?

Lalu, mengapa target pasar dianggap penting?

Contoh kasusnya gini, kamu memiliki produk aksesoris asli korea, ini misal.

Lalu kamu mempromosikannya melalui facebook, tepatnya melalui grub sekolahmu. Dengan tujuan produkmu akan laku karena merasa orang-orang dalam grub facebook sekolahmu itu mengenalmu.

Tapi kenyataannya? Apakah laku? Mungkin ada yang beli tapi tidak sesuai harapan.

Ini membuktikan kalau berjualan di media sosial itu tidak hanya sekadar mengandalkan seberapa banyak teman di akun media sosial yang kamu miliki.

Sekali lagi, tak sesederhana itu.

Tapi coba kamu posting dalam grub yang isinya orang-orang yang menggemari K-POP, mungkin respon dan hasilnya akan berbeda.

Sama halnya saat kamu promosi salep penghilang kerutan wajah di grub facebook anak remaja. Tidak akan laku bukan? Kecuali di dalamnya amsih ada anak-anak yang sayang dan peduli pada orang tuanya. Iya kan?

Jadi, pemasaran itu tak sesederhana menjual dan mempromosikan produk lalu menunggu ada yang beli saja. Tapi mempromosikan produk pada mereka yang memiliki kemungkinan terbesar untuk membeli.

Sekarang, kamu sesuaikan target pasar dengn karakteristik produkmu, meliputi:

Usia 

Apakah usia hanya meliputi muda, dewasa, dan tua saja?

Kalau kamu mendeskripsikannya hanya sekadar seperti itu, maka pemasaranmu akan kacau balau.

Sebab, segmentasi pasar dari segi konsumen lebih dari itu. Lebih spesifik dan lebih banyak segmen.

Lihat saja data statistik demografi sosial media berikut.

Dengan mengetahui usia calon konsumenmu kamu bisa lebih spesifik menggunakan media sosial apa. Dan tentu akan tepat sasaran.

Lihat statistik berikut!

Data pengguna media sosial Indonesia

Contoh saja, kamu menjual gigi palsu untuk orang berumur 46-55 tahun, pasti akan lebih efektif promosi menggunakan Facebook dan Google plus. Iya kan?


Jenis kelamin 

Data pengguna media sosial Indonesia

Yah, sederhananya memang hanya terbagi antara lelaki dan perempuan.

Tapi, tak menutup kemungkinan kalau komunitas transgender bisa menjadi pasar yang menjanjikan, sebab tidak banyak yang menjual produk untuk golongan mereka, iya kan?

Sama halnya dengan usia, semakin kita tahu jenis kelamin yang menjadi sasaran untuk produk kita, sasaran yang memiliki peluang paling besar untuk membeli, maka presentase produk kita untuk laku akan semakin besar.

Menjual sepatu bola akan lebih efektif dengan membuat akun media sosialmu memiliki pertemenan atau follower yang dominan laki-laki.

Begitu juga sebaliknya, dagangan jilbabmu akan laris manis jika teman facebookmu dominan perempuan.


Lokasi 

Inikan media sosial, yang bisa diakses dimanapun, lalu mengapa lokasi masih dianggap penting.

Karena sebab terlalu luas jangkauan wilayah pada media sosial itulah, maka lokasi dari target pasar harus ditentukan dan dipertimbangkan secara serius.

Jangan dianggap remeh perihal lokasi ini.
Karena jika disepelekan bisa jadi justru akan berdampak buruk pada pemasaran.

Sebab, banyaknya lokasi pengguna media sosial memberikan masalah yang kompleks. Seperti bahasa untuk pemasaran, apa yang digemari, apa yang laku di daerah mereka, dan apa yang lagi ngetrend di wilayah mereka.

Kalau kamu pandai berkomunikasi dengan bahasa Inggris, dan kamu menjual produkmu sampai ke Amerika itu tak jadi masalah. Tapi bagaimana jika ngomong inggris saja kamu masih belepotan?

Dengan adanya lokasi sebagai salah satu kriteria, pemasaranmu akan lebih tertarget. Bahkan, dari iklan berbayar saja menetapkan lokasi sebagai salah satu kriteria istimewa agar lebih tepat sasaran.

Ruang lingkup 

Ruang lingkup ini bisa diibaratkan pada suatu hal yang digemari, disukai, atau sudah menjadi hobi bagi sekelompok orang. Dengan begitu akan lebih mudah mencari keberadaan mereka di media sosial. Tentu saja, kegemaran yang dimaksud berkaitan dengan produk yang kamu jual.

Contoh saja kamu menjual peralatan memancing, pasti akan tepat sasaran jika menjual pada komunitas memancing yang ada di media sosial.

Sebenarnya, ada satu karakteristik di dunia nyata yang sering dijadikan alasan membentuk segmentasi pasar. Yaitu, kelas sosial.

Tapi di dunia media sosial hal itu tak berlaku. Sebab, dalam media sosial sudah menjangkau semua kalangan. Tidak memandang siapa yang di bawah, di tengah atau di atas.

Bukan hanya itu, sejujurnya dan saya ucapkan dengan terang-terangan, dalam dunia media sosial pemilik akunnya sering hidup dalam kepura-puraan.

Semua yang diposting adalah hal bagus tentang dirinya, tentang orang lain, atau tentang kejelekan orang lain. Saya belum pernah lihat tuh yang begitu pedenya memposting segala keburukannya.

Yap, tapi itulah kesaktiannya media sosial. Semua menjadi stu strata sosial (Seolah-olahnya gitu).

Jadi, apapun kelasnya semua masih ada kemungkinan membeli produknya.



3.Tentukan Media Sosial yang Digunakan

Media sosial itu ada banyak, lalu apa yang harus digunakan. Apakah kamu ingin memanfaatkan semuanya? Itu tidak masalah, jika kamu MAMPU.

Kata MAMPU itulah kuncinya.

Tidak... tidak.... saya tidak sedang membahas kemampuanmu yang mengaku lemah dan tak bisa memberikan tempat duduk di kereta untuk kakek-kakek.

Ini benar-benar tentang kemampuanmu untuk mengelola media sosial yang banyak.

Ada beberapa hal yang harus kamu pertimbangkan seperti berikut ini.

Biaya, karena ini hal yang paling sensitif maka saya letakkan di awal. Bagaimana kemampuan finansialmu untuk mengelola media sosial yang banyak. Semakin banyak media sosial, maka akan semakin banyak membutuhkan kuota internet bukan?

Kalau kamu mampu, tentu itu tidak jadi masalah.

Waktu, mengelola media sosial kelihatannya sepele jika melihatmu sering update media sosial. Tapi bedakan menggunakan media sosial dan mengelolanya. Selama ini kamu hanya pengguna. Tapi selanjutnya kamu akan mengelola media sosial untuk kepentingan bisnis yang artinya harus berada di waktu yang tepat selain untuk update tau memposting, tapi juga menganalisa dan melakukan kegiatan-kegiatan pemasaran lain di media sosial.

Coba kita uraikan kegiatan yang dilakukan jika berkaitan dengan mengelola media sosial untuk keperluan marketing.

  1. Berinterksi dengan calon konsumen
  2. Perencanaan konten
  3. Analisa statistik dan pencapaian tujuan
  4. Menerbitkan dan menjadwalkan konten baru
  5. Mencari bahan untuk konten baru
  6. Membuat gambar untuk konten
  7. Mencari seseorang dengan banyak follower (Influencer)
  8. Mencari follower


Itu baru kegiatan umum belum meliputi eksperimen-eksperimen yang bisa dilakukan. Jika kamu merasa memiliki waktu untuk mengelola banyak media sosial. Ini juga bukan masalah.

Ilmu, kegagalan yang sering diderita oleh para pemula di sosial media marketing adalah karena mereka tak memiliki cukup ilmu tapi langsung terjun begitu saja. Ilmu ini bisa dipelajari karena sudah banyak pakar yang membagikan ilmunya secara gratis maupun berbayar.

Tenaga Manusia, ketika kamu merasa tidak bisa mengatasi faktor waktu, atau tidak mau repot-repot belajar, inilah solusinya. Mencari tenaga untuk mengelola media sosial akun bisnismu. Tapi, kamu harus siap menanggung dua resiko. Kerahasiaan usahamu yang artinya kamu harus mencari orang yang benar-benar bisa dipercaya. Dan kedua adalah biaya, karena ini menggunakan tenaga kerja. Apalagi jika tenaga kerjanya memang sudah ahli, tentu tidaklah murah.

Lalu, jika kamu merasa bisa mengatasi empat pertimbangan di atas, gunakan semua media sosial. Umumnya sih hanya perusahaan-perusahaan besar. Tapi kalau kamu mampu, kenapa tidak.

Tapi, jika modalmu hanya paketan internet murah dan swadaya yang seadanya, lebih baik pilih satu atau dua saja.

Sekarang, bagaimana memilihnya?

Pemilihannya sosial media yang tepat tidak akan jauh-jauh dari penentuan target pasar yang sudah saya bahas sebelumnya. Sebab, bagaimanapun target pasar dan pengguna media sosial adalah obyek yang sejenis, sama-sama manusia.

Data pengguna media sosial Indonesia

Gunakan saja pertimbangan berikut ini!

Seberapa besar jumlah pengguna media sosial tersebut?

Jika melihat dari data statistik, pengguna Facebook masih mendominasi di Indonesia. Yah, ukuran tersebut bisa dijadikan pertimbangan, tapi bukan satu-satunya pertimbangan. Bukan berarti jumlah pengguna yang besar akan lebih baik.  Karena bisa saja meski penggunanya banyak, tapi pengguna sosial media yang sesuai dengan target pasar yang telah ditentukan tidak banyak yang menggunakan facebook.

Untuk lebih menspesifikasikan lagi, kita tanyakan dimana mayoritas orang-orang yang sesuai dengan target pasarmu berada?

Media sosial apa yang mereka gunakan? Kamu bisa mencari, melihat dan menganalisanya melalui status, komentar, komunitas, grub, page, follower, share, dan aktivitas lainnya di sosial media.

Sudah selesai? Belum, sesuaikan juga konten yang kamu miliki dengan media sosialnya.

Seperti ini,


  1. Facebook memiliki konten berupa teks, gambar, video, dan link
  2. Twitter berupa teks, gambar, video, link tapi dengan karakter berjumlah terbatas (140)
  3. Instagram berupa teks, yang dominan foto dan video
  4. Google+ yang tak jauh beda dari facebook


4.Buat Profil Bisnis yang Bisnis Banget

Akun bisnis tentu saja berbeda dengan akun pribadimu. Karena akun bisnis menggunakan nama brand bisnismu. Selain tampak lebih profesional karena menggunakan nama brand, akun bisnismu juga jadi lebih mudah ditemukan.
Gunakan logo sebagai foto profil, yah ini untuk lebih meykinkan kalau akunmu benar-benar akun bisnis.

Berikan detail yang jelas tentang bisnis yang kamu geluti. Entah itu bidang bisnis, alamat real, kontak, email, sampai website atau blog sebagai pendukung bisnismu jika ada.

Apakah sudah selesai, sampai disitu sja? Belum!

Berikan tema, karakter, atau kepribadian khusus pada bisnismu. Sesuatu yang berbeda dan jika orang tak sengaja melihat kepribadian itu maka akan langsung ingat dengan bisnismu.

Satu hal yang harus kamu garis bawahi dalam membentuk ciri khas dalam bisnismu, JANGAN SEKALI-KALI MENIRU sekalipun itu akun bisnis yang besar dan terbukti sukses sekalipun.

Sebagus apapun tiruan itu, hanya akan terlihat buruk jika ada yang tahu kalau itu hanya tiruan.

Irma Rahayu, pemilik bisnis Emotional Healing Indonesia ini meraih sukses dalam sosial media marketing dengnan tetap menjadi diri sendiri yang ceplas-ceplos, apa adanya dan memakai bahasa sehari-hari.

Dia nggak mau meniru gaya formal yang tutur katanya halus dan sopan seperti pebisnis kebanyakan. Hasilnya, 5000 lebih like Fanpage dan 10.000 lebih follower twitter yang tertarik pada bisnisnya.

Sekali lagi jangan meniru dan jadilah diri sendiri.

Tapi ingat, menjadi diri sendiri bukan memalsukan diri untuk tampak seperti pencitraan yang baik-baik saja. Memangnya mau nyalon gubernur DKI?

Jadilah tetap jujur dan apa adanya.

Jangan ikut-ikutan kebanyakan orang yang berusaha terlihat pintar dengan membahas isu-isu yang mereka sendiri sebenarnya tidak tahu. Hal itu bisa jadi bumerang untuk bisnis itu sendiri karena dianggap orang bodoh yang sok pintar.

Karena sebenarnya, untuk mempercantik pencitraan tidak harus dengan kepalsuan.

Meski dalam membuat akun bisnis dituntut untuk jadi diri sendiri, tetap jaga gaya bahasa. Mengapa gaya bahasa, sebab komunikasi dalam media sosial erat kaitannya dengan bahasa.

Gunakan gaya bahasa yang khas dan mencerminkan bisnismu, tapi bukan berarti kasar seperti makian dan hujatan.

Bahkan saat menjawab komentar yang bernada menjatuhkan, tetaplah bersikap tenang tanpa perlu marah-marah. Dengan memaki-maki balik justru akan menjatuhkan citramu sendiri.

Dengan begitu, kamu akan dianggap lebih profesional dalam bisnis.

Gaya bahasa ini jangan disepelekan, sebab dari sinilah komunikasi antara calon konsumen denganmu sesungguhnya akan terjalin menjadi lebih akrab.

Seperti kata sapaan, jika targetmu muda-mudi dan brandmu memang meremaja kata sapaan aku kamu mungkin bisa membuat akrab antara pebisnis dan konsumennya daripada menggunakan sampeyan njenengan beliau dan yang mulia.

5.Buat Kontent yang Berkarakter

Kenapa konten yang berkarakter, bukan berkualitas?

Sebab, kualitas sudah hal wajib, tidak perlu dijelaskan lagi. Ibaratnya kamu promosi di Instagram dengan foto burem yang tidk jelas, siapa akan melirik?

Tentu foto produk dengan kualitas pixel tinggi dan dipadu teknik fotografi tingkat atas akan menunjang ketertarikan seseorang pada bisnismu lebih tinggi kan?

Konten yang memiliki karakter adalah sesuatu yang unik dan merupakan panjang tangan dari kepribadian akun bisnismu.

kontent instagram berkualitas dan berkarakter

Coba lihat akun instgaram di atas, postingannya hanya begitu, tapi sudah memiliki 122K follower, dan setiap kali posting selalu ada ratusan bahkan ribuan yang like. Dan yang berkomentarpun tidak sedikit.

Satu hal yang pasti, akun itu unik dengan gaya bahasanya yang menggunakan bahasa khas malang yang dibalik.


6.Perhatikan Waktu Posting dan Frekuensinya

Kapan harus melakukan posting?

Facebook
Waktu baik: 9 pagi – 3 sore (Senin-rabu)
Waktu buruk: 8 malam – 8 pagi (Sabtu-minggu)

Meski fenomena yang ada, masih banyak pengguna facebook yang beraktifitas di malam hari, terutama yang laki-laki. Bahkan saat weekendpun juga masih ada yang aktif, siapa lagi kalau yang jomblo sekaligus anak rantau.

Twitter
Waktu baik: 11 siang – 3 sore (Senin-selasa)
Waktu buruk: 8 malam – 9 siang (Jum’at)

Google+
Waktu baik: 9 pagi – 11 siang
Waktu buruk: 6 sore – 8 malam

Instagram
Waktu baik: 2 pagi dan 5 sore (rabu)
Waktu buruk: 9 pagi dan 6 petang (sabtu)

Lalu, apa yang dimaksud dengan frekuensi yang pas?

Coba baca studi kasus berikut ini!

Gigies: “Duh bener-bener ya si Sinta, masak postingan facebook tiap menit! Pingin aku unfriend aja!”
Luki: “Oh itu, belum liht lagi sih! Sudah kublokir soalnya!”


Pasti kamu juga pernah kan ngerasain apa yang dirasakan oleh dua makhluk di atas. Yah, postingan bertubi-tubi yang dikira bagus agar tidak tenggelam dan banyak dilihat. Tapi justru malah dianggap menggganggu dan ditinggalkan.

Makanya, gunakan frekuensi postingan yang optimal. Sesuaikan dengan waktu yang baik untuk melakukan update postingan.

Seperti pada Facebook, kamu bisa melakukan update postingan 10x sehari dengan rentang waktu antara jam 9 pagi sampai jam 3 sore.

Tapi jangan samakan dengan instagram yang melakukan 10 posting foto sehari di jam 5 sore. Bukan berarti harus begitu, jam 5 sore adalah jam wajibnya saja. Di luar jam itu juga tidak jadi masalah.

Intinya, dalam hal frekuensi optimal adalah 10x postingan dalam sehari, tapi dengan ferekuensi yang tidak terlalu berdekatan.

Ibaratnya, menunggu postinganmu tenggelam dulu baru update lagi.

7.Konsisten

Sering kita merasa jenuh, bingung harus memposting apa di akun media sosial kita? Atau, mungkin sudah terlalu sibuk mengelola bisnis sampai lupa melakukan update. Ujung-ujungnya, banyak sarang laba-laba di akun media sosial kita.

Tapi asal kamu tahu, itu namanya bunuh diri!

Sebab, ketika ada yang tertarik dengan bisnismu, dia akan mencari tahu bisnismu dari media sosial yang kamu punya (Akun bisnis). Seseorang itu akan memeriksa kapan terakhir akun bisnismu melakukan update.

Begitu tahu update terakhir sebulan yang lalu atau bahkan setahun yang lalu, maka bisnismu bisa saja dianggap sudah mati dan tidak berjalan lagi.
Melayang sudah calon pelangganmu.


Panduan ini akan terus saya update dan kembangkan

Baca Panduan Facebook Marketing
Disqus Comments